Soppeng-Globaltopinfo.com
Pagi yang cerah di Jalan Kemakmuran, tepat di depan BRI Unit Lalabata, menjadi saksi pertemuan santai dua tokoh penting dari dunia aktivis dan lembaga sipil. Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat LPKN dan Ketua Tim Monitoring LHI tampak duduk bersebelahan di salah satu meja Warkop Abadi, menikmati segelas teh telur sembari bercengkerama.
Warkop Abadi memang telah lama dikenal sebagai tempat berkumpul berbagai elemen masyarakat, mulai dari tokoh masyarakat, pemuda, politisi, hingga warga biasa. Warkop ini bukan sekadar tempat ngopi, melainkan ruang silaturahmi dan diskusi bebas yang sering melahirkan ide-ide besar. Pagi itu, suasana menjadi semakin istimewa karena kehadiran dua sosok yang selama ini aktif mengawal isu-isu strategis daerah.
Dalam suasana yang santai, namun penuh makna, perbincangan hangat mengalir. Mulai dari isu transparansi penggunaan anggaran publik, pemberdayaan masyarakat desa, hingga pentingnya sinergi antara lembaga sipil dan pemerintah untuk mendorong pembangunan yang lebih adil dan merata.
“Kami tidak sedang berbicara politik praktis, tapi membicarakan bagaimana masyarakat bisa lebih berdaya, lebih kritis, dan tentu lebih dilibatkan dalam pengambilan kebijakan,” ujar Ketua LPKN, yang selama ini dikenal tegas dalam menyuarakan persoalan dugaan korupsi dan pelanggaran administrasi publik di daerah.
Sementara itu, Ketua Tim Monitoring LHI menekankan pentingnya penegakan hukum yang tidak tebang pilih, serta perlunya edukasi hukum hingga ke lapisan masyarakat paling bawah. Ia juga menyampaikan bahwa warkop adalah simbol kesederhanaan dan kedekatan dengan rakyat.
"Diskusi hukum dan sosial tidak selalu harus terjadi di ruang seminar atau kantor mewah. Kadang, percakapan paling jujur dan lugas justru lahir dari meja warkop. Dan inilah wajah demokrasi yang sebenarnya—terbuka, merakyat, dan membumi," ujarnya.
Pertemuan ini juga menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antar-lembaga dalam mengawal kepentingan publik. Keduanya sepakat bahwa keberadaan LSM dan lembaga hukum independen sangat penting dalam menjaga keseimbangan kekuasaan dan memastikan pemerintah berjalan di rel yang benar.
Para pengunjung warkop yang lain terlihat antusias, sebagian ikut mendengarkan, bahkan menimpali pembicaraan dengan berbagai keluhan dan harapan mereka terhadap kondisi daerah saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa ruang seperti warkop tidak hanya menjadi tempat santai, tetapi juga ruang publik yang efektif untuk menyerap aspirasi warga.
Dengan suasana pagi yang hangat dan semangat yang membara, pertemuan ini menyiratkan satu pesan kuat: perubahan bisa dimulai dari mana saja—termasuk dari obrolan ringan di pinggir jalan, ditemani segelas teh telur hangat.